Senegal vs Inggris: Kekalahan Perdana Era Tuchel Picu Sorotan Tajam
Dalam laga uji coba yang berlangsung di City Ground, Nottingham, pada 10 Juni 2025, Inggris menelan kekalahan mengejutkan 1-3 dari Senegal. Kekalahan ini menjadi yang pertama di bawah pelatih baru Thomas Tuchel. Kemenangan tersebut juga menandai sejarah baru bagi Senegal sebagai tim Afrika pertama yang mampu mengalahkan Inggris dalam pertandingan senior pria.
Pertandingan ini memperlihatkan banyak kekurangan dari sisi Inggris. Meski sempat unggul lebih dulu, mereka gagal mempertahankan tempo permainan dan kesulitan merespons serangan cepat dari Senegal.
Reaksi Fans: Sorakan dan Kecaman Menggema di Stadion
Saat wasit meniup peluit panjang, suara kekecewaan langsung terdengar dari tribun. Para pendukung Inggris yang memenuhi stadion tampak frustrasi dan tidak puas dengan performa tim.
Sorakan yang bernada sinis dan kecaman ditujukan kepada para pemain, terutama lini belakang dan beberapa pemain senior yang dianggap tampil di bawah standar. Reaksi tersebut mencerminkan tekanan besar yang kini dihadapi Tuchel sebagai pelatih kepala.
Tak hanya di stadion, kekecewaan juga membanjiri media sosial, dengan banyak penggemar mempertanyakan pemilihan susunan pemain dan pendekatan taktik Tuchel.
Analisis Pertandingan
Senegal Unggul dalam Taktik dan Eksekusi
Senegal tampil percaya diri sejak menit awal. Mereka tidak membiarkan Inggris mendominasi permainan dan justru menciptakan peluang melalui serangan balik cepat. Ismaila Sarr membuka keunggulan Senegal lewat penalti di menit ke-22 setelah pelanggaran dari bek Inggris.
Habib Diarra kemudian menggandakan keunggulan dengan penyelesaian cerdas sebelum jeda babak pertama. Inggris sempat membalas melalui gol Harry Kane di babak kedua, namun Cheikh Sabaly menambah gol ketiga untuk Senegal di menit akhir, memantapkan keunggulan tim tamu.
Inggris Kehilangan Arah Setelah Unggul
Gol Kane seharusnya menjadi titik balik, namun justru setelah itu Inggris makin kehilangan kontrol permainan. Mereka gagal membangun momentum dan justru panik menghadapi tekanan dari lini tengah Senegal yang agresif dan cepat menutup ruang.
Inggris sempat mencetak gol melalui Jude Bellingham di menit ke-84, tapi dianulir karena pelanggaran handball oleh Levi Colwill dalam proses awal serangan. Keputusan VAR tersebut memicu perdebatan luas karena terlihat kontroversial, bahkan pelatih Thomas Tuchel menyebut keputusan itu “sangat keras”.
Permasalahan Fisik dan Taktik
Inggris tampil tanpa sejumlah pemain kunci yang cedera, dan mereka terlihat kesulitan dalam duel fisik maupun menjaga struktur pertahanan. Kyle Walker beberapa kali diekspos oleh kecepatan pemain Senegal, sementara lini tengah gagal menciptakan peluang berarti.
Masalah lain terlihat dalam komunikasi antar lini. Koordinasi pertahanan buruk membuat Senegal bisa menembus kotak penalti dengan mudah. Para gelandang seperti Eberechi Eze dan Kobbie Mainoo kurang mendapatkan ruang dan waktu untuk mengembangkan permainan.
Melihat ke Depan: Evaluasi dan Pembenahan Mendesak
Pelatih Thomas Tuchel mengakui bahwa timnya bermain buruk, terutama dalam organisasi dan pengambilan keputusan. Ia menyatakan bahwa kekalahan ini menjadi pelajaran penting menjelang jadwal internasional berikutnya pada September.
Tuchel juga menegaskan pentingnya meningkatkan intensitas latihan dan mengembangkan skema baru yang bisa memaksimalkan pemain muda berbakat seperti Cole Palmer, Adam Wharton, dan Madueke.
Sementara itu, kapten Harry Kane menyatakan bahwa tim perlu meningkatkan rasa tanggung jawab dan fokus jika ingin tampil kompetitif di level internasional. Ia meminta rekan-rekannya untuk menjadikan kekalahan ini sebagai pemacu semangat, bukan alasan untuk putus asa.
Implikasi untuk Masa Depan Inggris
Kekalahan dari Senegal memperlihatkan betapa ketatnya persaingan di level internasional. Inggris tidak bisa hanya mengandalkan reputasi dan talenta individu. Dibutuhkan kerja sama, disiplin taktik, serta mental yang kuat dalam setiap pertandingan.
Kegagalan ini juga membuka ruang evaluasi terhadap pilihan pemain senior yang mulai terlihat menurun. Para pemain muda kini mungkin akan mendapat lebih banyak kesempatan. Namun, proses regenerasi harus dilakukan dengan strategi matang agar tidak mengorbankan stabilitas tim.
Jika Inggris ingin sukses di Piala Dunia 2026, mereka perlu segera menemukan identitas permainan yang jelas dan konsisten. Uji coba seperti ini seharusnya menjadi panggung pembelajaran, bukan hanya arena eksperimen yang gagal tanpa arah.